lapisan anti air (membran waterproof) ini terbuat dari bahan sintetik dan prinsipnya adalah untuk menutup permukaan beton, plester atau acian. Setelah substrat tertutup, uap lembab yang terperangkap di dalam dinding. Dalam beberapa bulan, uap lembab yang merusak membran dari dalam melalui proses saponifikasi. Akibatnya terjadi delaminasi membran dari substrat dan dinding menjadi lembab serta berjamur sekaligus berdampak pada masalah kesehatan. Dalam jangka waktu yang panjang, kelembaban dinding menyebabkan korosi tulangan baja pada beton yang dapat menyebabkan masalah serius dengan stabilitas bangunan.
Teknologi WDS telah dikembangkan di Eropa (Slovakia) 20 tahun yang lalu untuk mengatasi masalah kelembaban yang terperangkap di dalam gedung. Sejak tahun 2000, WDS telah digunakan di negara-negara Eropa (Slovakia, Czechia, Hungaria, Polandia, Jerman, Inggris, dll.) Dan sejauh ini masih tetap berfungsi 100% selama 20 tahun. Di tahun 2010, WDS telah digunakan di negara-negara Asia (Vietnam, India, Indonesia, Cina, Filipina, Brunei, Hong Kong, Singapura, dll.) hingga sekarang masih tetap berfungsi 100% dengan baik. Sebagai sistem pertama di dunia, WDS menggabungkan kemampuan waterproof 100% dengan kemampuan bernapas yang ekstrem dan dengan kemampuan untuk menghilangkan kelembaban dari substrat (dinding, lempengan) yang disebut proses pengeringan, serta dapat diimplementasikan ke dalam mortar plesteran (plester, render, skim coat).
Teknologi WDS hadir dalam bentuk campuran bubuk alami yang disebut WDS - ADDITIVE. Bubuk Ini dapat digunakan oleh produsen mortir untuk menghasilkan produk WDS (plester, render, skim coat). Dalam proses produksi drymix, WDS - ADDITIVE dicampur dengan bahan baku lain (semen, pasir silika, kalsium karbonat, metil selulosa). Pada saat yang sama WDS - ADDITIVE dapat meningkatkan kemampuan kerja dan meningkatkan daya rekat produk. Oleh karena itu tidak perlu menggunakan polimer (RDP). Produk WDS (plester, render, skim coat) dibuat tanpa polimer sintetik.